Air valve atau lebih spesifik biasa disebut air release valve, adalah valve yang digunakan untuk mengeluarkan/memasukkan udara ke dalam sistem perpipaan. Hah? Mengeluarkan dan memasukkan? Bukannya perlunya cuma untuk mengeluarkan udara saja? Tidak, keduanya sama-sama diperlukan untuk menjaga operasional sistem perpipaan. Mengapa bisa begitu? Berikut penjelasannya.

Kita semua tahu bahwa udara, atau secara lebih spesifik gas itu memiliki berat/massa, meskipun sangat kecil sekali. Apa yang terjadi apabila di dalam sistem perpipaan cairan (dalam hal ini air, sebagai contoh) tercampur dengan udara? Tentu saja untuk mengalirkan air tersebut kita juga perlu mengalirkan udaranya, karena udara ini akan membentuk tahanan yang menahan air supaya tidak mengalir. Efeknya? Efeknya ada tekanan yang dibutuhkan untuk mendorong tahanan udara ini, yang perlu didukung dengan kapasitas pompa yang lebih besar daripada yang seharusnya.

Kedua, dampaknya adalah pembacaan meter debit aliran akan tidak akurat. Mengapa? Mekanisme pengukur debit biasanya digerakkan oleh baling-baling. Baling-baling ini sangat peka, namun tidak bisa membedakan antara aliran yang melewatinya apakah itu aliran udara atau air. Jadi ketika air bercampur dengan udara, akan ada waktu di mana baling-baling ini akan tertiup udara sehingga pembacaan meter ini yang terbaca adalah udara, bukan air. Apabila ini terjadi di sisi konsumen, misalkan konsumen PDAM, hal ini tentu merugikan buat konsumen karena mereka membayar udara yang tidak bisa dimanfaatkan, bukan air.

Ketiga, memperbesar kerusakan saat terjadi water hammer. Seperti yang sudah pernah saya singgung melalui artikel sebelumnya mengenai water hammer, kerusakan yang ditimbulkan bisa cukup parah serta merusak instalasi pipa dan pompa. Udara yang tertahan di sistem perpipaan juga akan mengalami water hammer, karena udara tersebut akan menimbulkan tahanan pada air yang mengalir balik sehingga memperbesar tekanan balik yang terjadi.

Keeempat, mempercepat timbulnya karat. Anda pasti ingat karat ditimbulkan karena besi bereaksi terhadap udara atau istilah kiminya “beroksidasi”. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa besi yang sering kontak dengan air akan lebih cepat berkarat, karena air sendiri sebenarnya mengandung oksigen. Apabila air bercampur dengan udara dalam saluran pipa, maka karat akan lebih cepat timbul daripada yang semestinya.

Untuk mengatasi empat hal tersebut, maka sistem perpipaan perlu diberi celah agar udara bisa keluar dari sistem perpipaan saat air dialirkan. Untungnya, udara lebih ringan daripada air sehingga penanganannya mudah sekali. Silahkan lihat diagram air valve pada umumnya di bawah.

Diagram air valve konvensional

Apabila air mengalir memenuhi sistem pipa, udara yang lebih ringan akan terdorong ke atas, keluar melalui lubang udara atau orifice di air valve tersebut (lihat tanda panahnya). Nah, untuk mencegah udara masuk kembali selama air masih mengalir, diperlukan penutup lubang udara sehingga udara tidak bisa masuk. Dalam hal ini, yang bertindak sebagai penutup adalah sebuah bola, bisa dari plastik bisa pula dari stainless steel yang tahan karat. Ketika udara keluar dan air mulai naik memenuhi badan valve, bola ini akan terdorong ke atas dan menutup lubang udara tadi.

Lalu bagaimana dengan memasukkan udara ke dalam sistem perpipaan? Apa untungnya?

Anda pernah melihat botol plastik yang divakum? Apa yang terjadi? Botol tersebut akan mengkerut hingga hancur bukan? Kenapa? Karena di dalamnya ada udara yang mendorong dinding botol yang sama tekanannya dengan udara di luar botol. Proses vakum akan menghilangkan tekanan ini, sehingga botol plastik bisa pesok karena ditekan oleh udara dari luar.

Efek vakum pada kontainer

Sama halnya dengan pipa. Memang udara itu tidak menguntungkan saat mengalir bersama air, namun ketika pipa dalam kondisi kosong dan vakum (tidak ada udara) pipa akan mengkerut dan ringsek karena tekanan dari luar pipa. Untuk mencegah hal ini, maka udara perlu dimasukkan kembali ke dalam sistem perpipaan saat pipa dalam kondisi kosong.

Air valve memasukkan udara menggunakan sifat gas yang mengisi ruangan dan membesar untuk mengisinya. Ketika air mulai habis, bola yang tadinya menutup akan turun mengikuti surutnya air sehingga lubang udara akan kembali terbuka. Dari sini udara akan bergerak masuk mengisi badan valve dan mengalir melalui sela-sela bola ke dalam sistem perpipaan.

Secara teori, seharusnya air valve ini dipasang dalam kondisi:

  • Saat ada elevasi, biasanya dipasang di daerah perbukitan
  • Tiap 500 M – 1 KM pemasangan di jalur datar
  • Saat melewati jembatan, karena biasanya ada perbedaan elevasi di antara kedua sisi sungai atau bukit

Nah, pernahkah anda melihat air valve yang “bocor” seperti gambar di bawah?

Air valve yang rusak dan bocor

Ini disebabkan karena bentuk bodi valve tidak sama dengan bentuk bola, sehingga bola tadi karena berjalannya waktu dapat berubah bentuk karena berbenturan dengan bodi valvenya. Valve AVK yang kami jual, bentunya berbeda dengan seperti air valve pada umumnya, karena bentuk bolanya dipasangi rel seperti gambar di bawah. Rel ini berguna sebagai pemandu gerakan bola supaya tidak rusak karena berbenturan dengan bodi valve. Dengan adanya rel ini dan desain bentuk bola mengikuti bentuk bodi valve, maka air valve AVK dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama tanpa perlu diganti.

Selain itu biasanya ada kelemahan pada lubang udara atau orifice, di mana biasanya kalau anda lihat pada bagan air valve konvensional ukurannya lebih kecil daripada ukuran masukannya di dasar valve. Air valve AVK menggunakan ukuran orifice yang sama besarnya, sehingga udara bisa keluar masuk dengan mudah dan lebih aerodinamis dibandingkan dengan air valve konvensional. Sekian penjelasan saya mengenai air valve, sampai ketemu di posting selanjutnya.